Dorong Pemanfaatan Media Tanam Ramah Lingkungan Fak Pertanian Unsoed gelar Workshop Cocopeat-Blok Plus

Peserta dan narasumber workshop produksi cocopeat-blok plus: “aplikasi pupuk slow release dan pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam” 29 Oktober 2025. (Foto : Alsya)

NEWSBMSTV-Purwokerto. Upaya peningkatan literasi pertanian ramah lingkungan terus berkembang melalui berbagai edukasi dan pendampingan bagi masyarakat. Salah satunya tampak dalam kegiatan Workshop Cocopeat-Blok Plus yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian UNSOED pada tanggal 29 Oktober 2025. Melalui dua narasumber hebat yaitu Prof Ir. Kharisun dan Noor Fahmi, Workshop ini memberikan edukasi tentang pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam alternatif yang lebih berkelanjutan. Melalui workshop ini, peserta diperkenalkan pada proses produksi cocopeat-blok sekaligus penerapan pupuk slow release untuk meningkatkan kesuburan tanaman secara efisien dan bertahap.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun sinergi skema hilirisasi dan transfer teknologi serta mengenalkan cara pengaplikasian slow release dan juga pemanfaatan cocopeat sebagai media tanam. Workshop ini bertujuan untuk mengedukasi terkait bagaimana pupuk ini bisa digunakan untuk mempercepat perkembangan dan pertumbuhan tanaman,” ujar Budi Darmawan, selaku ketua panitia.
Prof Ir. Kharisun, salah satu narasumber, mengatakan cocopeat, yang berasal dari serat kelapa, menjadi salah satu media tanam yang semakin banyak digunakan karena memiliki kemampuan menyerap air tinggi, menjaga kelembaban akar, sekaligus mengurangi ketergantungan pada tanah mineral. Cocopeat tidak hanya berfungsi sebagai media tanam ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Dengan modal produksi yang relatif rendah serta pasar yang terus berkembang, bisnis cocopeat memiliki prospek jangka panjang yang stabil.
“Serabut kelapa kerap menjadi limbah masyarakat, dengan kita memanfaatkan serabut kelapa untuk media tanam, tentunya akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Serabut kelapa juga baik untuk media tanam karena dapat mengikat air sehingga dapat menjaga kelembapan untuk pertumbuhan tanaman,” ujarnya.
Workshop berjalan dengan lancar dan interaktif, dimana peserta tidak hanya mendapatkan materi teori, tetapi juga berkesempatan untuk menanyakan langsung kepada narasumber terkait proses pengolahan cocopeat hingga siap menjadi media tanam.
“Terkait kualitas kelapa yang sesuai dengan standar cocopeat-blok plus adalah kelapa tua karena lebih optimal penggunaannya dibandingkan dengan kelapa muda,” ujar Noor Fahmi, narasumber lainnya..
Paparan materi seputar aplikasi pupuk slow release dan pemanfaatan cocopeat membuka wawasan bahwa inovasi pertanian dapat dimulai dari pengelolaan sumber daya lokal secara cerdas dan efisien. Diharapkan, seminar ini dapat menjadi langkah awal dalam mendorong kesadaran masyarakat terhadap pertanian ramah lingkungan.

Editor : Ari Nugroho